Kamis, 15 Desember 2022

SMOKE DETECTOR

Smoke Detector

Apa itu smoke detector? Seperti namanya smoke detector atau detektor asap merupakan alat yang bisa mendeteksi asap, biasanya sebagai indikator kebakaran. Alat ini merupakan salah satu bagian dari sistem proteksi kebakaran yang biasanya ada dalam alarm kebakaran. Smoke detector umumnya disebutnya juga dengan smoke alarm karena biasanya memberikan peringatan berupa suara dan sinar saat mendeteksi asap.

Smoke detector yang dijual ada yang berupa alat mandiri dan ada yang terkoneksi dengan alarm keamanan atau sistem alarm kebakaran. Alat yang terhubung dengan sistem alarm biasanya akan lebih mahal daripada yang hanya bekerja mandiri.

Penggunaan smoke detector ini menjadi penting karena bisa memberikan deteksi dini saat muncul tanda-tanda akan terjadi kebakaran. Pemanfaatannya bisa sangat luas karena untuk kebutuhan perlindungan berbagai jenis bangunan. Apakah itu rumah pribadi atau manufaktur, detektor asap bisa membantu untuk mencegah risiko kerugian jika memang terjadi musibah kebakaran.

Selain smoke detector yang bekerja dengan sensor asap, ada juga detektor lain yang fungsinya serupa seperti heat detector yang mendeteksi kebakaran dari suhu yang panas. Memiliki fungsi yang serupa, detektor ini akan lebih efektif jika terhubung dengan sistem fire protection yang menyeluruh.


Tipe Smoke Detector

Setelah mengerti tentang apa itu smoke detector maka selanjutnya adalah mengenai tipe atau jenis dari smoke detector. Smoke detector yang populer yaitu tipe ionisasi dan photoelectric. Pada jenis ionisasi, detektor ini menggunakan partikel ion untuk mendeteksi munculnya asap. Setiap ionisasi menyimpan materi radioaktif dalam jumlah sangat sedikit. Reaksi antara komponen tersebut menyebabkan ionisasi di udara.

Smoke detector tipe ionisasi bekerja dengan baik saat api menyala dan membakar. Namun pada api yang tidak membara maka akan kesulitan terdeteksi oleh karena itu ada jenis detektor asap lainnya.

Smoke detector photoelectric merupakan detektor asap terpopuler kedua. Tak seperti detektor ionisasi, ini menggunakan sumber cahaya dan sensor cahaya untuk mendeteksi asap. Saat asap memasuki ruang deteksi, partikel asap akan menghalangi sinar cahaya dan memantulkan sebagian cahaya ke sensor. Selanjutnya ini bisa memicu alarm untuk menyala.

Memilih jenis smoke detector yang tepat bisa disesuaikan dengan kondisi lingkungan bangunan tersebut. Ini bisa membantu untuk menentukan detektor yang tepat untuk dipasang di dalamnya. Jika masih belum yakin memilih yang mana maka bisa bertanya pada jasa kontraktor fire protection.

Selain tipe deteksinya, smoke detector juga bisa dibedakan berdasarkan sumber dayanya. Jenis detektor berdasar energi yang dipakai, antara lain:

Detektor Bertenaga Baterai

Detektor asap ada yang bertenaga baterai. Alat ini umumnya tak menggunakan banyak daya sehingga hanya membutuhkan baterai biasa untuk menyalakannya. Namun baterai tersebut tentunya memiliki batasan energi sehingga perlu diganti secara berkala agar detektor dapat terus menyala.

Detektor Kabel Listrik

Detektor kabel listrik menggunakan sumber daya listrik yang ada di bangunan. Ini menggunakan kabel yang terhubung langsung ke sistem listrik yang sudah ada. Secara umum, jenis detektor yang satu ini lebih membutuhkan perawatan yang sedikit apalagi tak perlu repot mengganti baterai.

Pemasangan detektor baik tipe baterai atau kabel dalam ruangan perlu memperhatikan tentang lokasi yang tepat. Ini biasanya ditempatkan di bagian langit-langit bangunan.

Memaksimalkan Fungsi Smoke Detector

Detektor asap apapun jenisnya merupakan garis pertahanan pertama pada bahaya kebakaran. Deteksi yang tepat dan cepat dapat membantu agar kebakaran tidak membesar dan bisa segera dipadamkan. Perusahaan-perusahaan saat ini mulai banyak yang peduli akan pentingnya proteksi bangunan dari kebakaran. Tapi tak sedikit juga pemilik bangunan yang cenderung mengabaikan masalah perlindungan karena tak ingin repot atau tak ingin mengeluarkan biaya.

Smoke detector ini bisa berfungsi secara maksimal jika diikuti dengan penggunaan sistem proteksi lainnya seperti sistem sprinkler, hydrant, dan fire extinguisher. Sistem yang lengkap baik dari segi pencegahan, deteksi, dan pemadaman bisa efektif dalam mencegah kerugian karena kebakaran. Meskipun perlu mengeluarkan biaya tambahan namun ini lebih baik daripada menanti risiko kerugian yang besar di masa yang akan datang.

Detektor juga biasanya ada dalam sistem sprinkler kebakaran. Saat kebakaran terdeteksi maka tidak hanya alarm saja yang berbunyi namun air atau foam akan menyemprot sebagai upaya pemadaman api.

Pemilik bangunan yang mengerti apa itu smoke detector dan fungsinya tentunya akan memanfaatkannya. Apalagi jika memiliki bangunan besar yang berisiko tinggi seperti apartemen atau gedung pencakar langit, pemasangan alarm beserta smoke detector dapat membantu untuk pengawasan yang lebih efisien.

Baca juga : Cara tekuk plat, pipa dan besi behel

Label: , , , ,

Sabtu, 10 Desember 2022

FIRE ALARM SYSTEM



Dalam pemasangan Fire Alarm System, terdapat beberapa jenis topologi atau system arsitektur untuk instalasi fire alarm system. Menentukan jenis topologi atau system arsitektur yang akan digunakan untuk instalasi fire alarm system sangat penting untuk dilakukan terutama pada tahap perencanaan dan desain sistem fire alarm suatu gedung, karena hal ini berpengaruh dalam pemilihan jenis peralatan fire alarm system secara keseluruhan, mulai dari jenis panel Master Control Fire Alarm (MCFA), jenis peralatan pendeteksi (detectors) dan jenis peralatan lain yang akan digunakan pada instalasi fire alarm tersebut. Seperti diketahui, terdapat 3 jenis topologi atau system arsitektur instalasi fire alarm system yang umum digunakan antara lain : Jenis Fire Alarm System Konvensional, Fire Alarm System Full Addressable dan Fire Alarm Semi Addressable. Apa saja perbedaan, keunggulan dan bagaimana cara memilih jenis intalasi fire alarm tersebut, yuk kita bahas bersama untuk mengenal fire alarm konvensional, fire alarm full addressable dan fire alarm semi addressable.

Fire Alarm System Konvensional

Fire alarm system konvensional adalah jenis fire alarm yang menggunakan satu atau lebih sirkuit inisiasi yang terhubung ke peralatan pendeteksi seperti alat pendeteksi asap (smoke detectors), alat pendeteksi panas (heat detectors), alat pendeteksi gas (gas detectors) dan alat pendeteksi lainnya, menggunakan rangkaian kabel secara paralel. Fire alarm system konvensional umumnya digunakan sebagai sistem pendeteksi dini pada gedung-gedung yang relatif lebih kecil dan tidak bertingkat banyak seperti gedung perkantoran, gedung sekolah, minimarket, kantor-kantor pemerintahan yang skala kecil. Sistem fire alarm konvensional sangat cocok untuk diaplikasikan pada gedung-gedung yang memiliki tata ruangan yang sederhana dan tidak banyak pola ruangan yang lebih komplek sehingga masih relatif mudah dideteksi titik munculnya api atau asap jika terjadi bahaya kebakaran.

Cara Kerja Fire Alarm System Konvensional

Cara kerja fire alarm system konvensional adalah ketika terjadi kebakaran atau ada kelalaian manusia yang menyebabkan munculnya asap, api atau menimbulkan panas sehingga suhu ruangan naik secara signifikan maka sensor pendeteksi asap (smoke detectors), sensor pendeteksi panas (heat detectors), sensor pendeteksi api (flame detectors) atau sensor pendeteksi gas (gas detectors) tergantung alat pendeteksi dini yang dipasang, akan mengirimkan sinyal kepada panel kontrol fire alarm (MCFA) untuk kemudian panel master control fire alarm (MCFA) tersebut akan mengirimkan sinyal output kepada alarm bell, lampu indikator (indicator lamp), rotary lamp, horn strobe dll sebagai alarm peringatan dini kepada penghuni gedung sehingga bisa diambil langkah-langkah pencegahan untuk menghindari terjadinya kejadian bahaya kebakaran yang lebih luas.

Control Panel Fire Alarm juga dapat menginformasikan dari jalur mana sumber terjadinya kebakaran yang dideteksi oleh sensor-sensor yang dipasang tersebut sesuai dengan zona tarikan kabel yang telah ditetapkan. Misalnya untuk Zona 1 untuk mendeteksi kejadian kebakaran di Lantai 1 pada suatu gedung, Zona 2 untuk mendeteksi kejadian kebakaran yang terjadi di Lantai 2, dan seterusnya. Sehingga proses indentifikasi sumber bahaya kebakaran menjadi lebih cepat. Hanya saja pada fire alarm system konvensional tidak bisa menunjukan secara tepat di unit sensor pendeteksi mana yang mendeteksi terjadinya asap, api atau panas tersebut dari keseluruhan rangkaian yang ada per zona tersebut, sehingga pemilik gedung hanya mendapatkan informasi zona nya saja atas lokasi bahaya kebakaran tersebut.

Fire alarm system conventional dapat diintegrasikan dengan sub system lain seperti fire hydrant system melalui sambungan flow switch, fire sprinkler system melalui deluge valve atau trim valve system, alarm check valve atau alarm gong, interkoneksi dengan lift system, interlock system dengan access door system, interlock system dengan panel elektrikal dan sub system lainnya sesuai dengan kebutuhan pengguna gedung.

Cara Pemasangan Fire Alarm System Konvensional

Saat ini sistem fire alarm konvensional paling banyak digunakan terutama untuk gedung-gedung yang berskala kecil seperti gedung sekolah, toko atau restoran, gudang, perumahan atau gedung pertemuan dan lain-lain, mengingat harganya yang relatif lebih murah dan cara pemasangan fire alarm system konvensional yang lebih mudah dibandingkan dengan fire alarm system full addressable atau fire alarm system semi addressable.

Berikut adalah langkah-langkah dan cara pemasangan fire alarm system konvensional agar didapatkan fungsi alat pendeteksi dini yang dapat bekerja dengan baik antara lain :

Langkah pertama yang penting dilakukan sebelum melakukan pemasangan adalah menentukan titik-titik penempatan sensor alat pendeteksi dini pada masing-masing ruangan di keseluruhan gedung yang akan dipasang fire alarm system konvensional termasuk peralatan input lainnya seperti Manual Call Point atau manual Break glass

Kemudian menentukan jenis detector yang sesuai pada masing-masing ruangan tersebut, apakah menggunakan smoke detector, heat detector, flame detector, gas detector atau jenis alat pendeteksi dini lainnya sesuai dengan kondisi dan karakteristik ruangan yang akan diproteksi.

Menentukan lokasi penempatan peralatan output seperti alarm bell, indicator lamp, rotary lamp, horn strobe dan lain-lain

Menentukan lokasi penempatan panel kontrol atau Master Control Fire Alarm (MCFA) yang berfungsi untuk mengendalikan semua perangkat input maupun perangkat output pada rangkaian fire alarm system konvensional tersebut.

Menentukan jalur kabel dari masing-masing zona yang ada di gedung yang akan diproteksi fire alarm system.

Dari rangkaian proses perencanaan pemasangan fire alarm system konvensional tersebut di atas, akan dituangkan pada suatu gambar rencana dan gambar kerja sebagai acuan bersama selama proses pemasangan fire alarm system konvensional.

Setelah gambar rencana dan gambar kerja disetujui bersama, maka tahap selanjutnya adalah pekerjaan pemasangan fire alarm system yang dimulai dengan pemasangan pipa conduit dan penarikan kabel NYA 1.5mm 1 pair, atau kabel NYM 2x1.5mm, atau bisa juga diganti dengan menggunakan kabel NYMHY dengan ukuran 2 x 1.5 mm. Pada fire alarm sistem konvensional ini biasanya detector itu akan dipasangkan secara pararel ke terminal-terminal khusus yang biasanya memiliki nama L (positif/+) dan Lc (negative/-). Umumnya pada jalur suatu zona fire alarm system tidak hanya memiliki satu detector tetapi satu zona itu bisa memiliki beberapa detektor.

Setelah semua jalur kabel pada masing-masing peralatan fire alarm terpasang, selanjutnya dipasang equipment fire alarm system baik peralatan input seperti detector, manual call point / break glass, panel kontrol fire alarm maupun peralatan output seperti alarm bell, lampu indikator, horn strobe, rotary lamp dll.

Melakukan pemasangan kabel power pada panel kontrol fire alarm (MCFA)

Melakukan konfigurasi dan setting panel kontrol MCFA agar bisa mendeteksi semua peralatan fire alarm yang sudah terpasang agar bisa berfungsi dengan baik.

Tahap akhir dari proses pemasangan fire alarm system konvensional adalah melakukan test & commissioning terhadap instalasi fire alarm system yang sudah terpasang untuk memastikan bahwa sistem fire alarm tersebut sudah berfungsi dengan baik sesuai dengan keinginan dan perencanaan.

Fire alarm system full addressable

Fire alarm system full addressable adalah sistem alarm kebakaran yang terdiri dari serangkaian alat pendeteksi dini (detektor), panel kontrol fire alarm, dan peralatan penanda bahaya lainnya yang dihubungkan melalui rangkaian kabel ke masing-masing peralatan untuk kemudian kembali ke panel kontrol pusat (Looping System) dimana masing-masing peralatan tersebut memiliki ID/alamat yang unik untuk memudahkan pendeteksian lokasi kejadian kebakaran.

Dengan fire alarm system full addressable, akan sangat mudah mencari titik atau lokasi kejadian kebakaran karena setiap detektor akan mengirimkan alamatnya ke panel kontrol MCFA sehingga petugas atau penghuni gedung bisa segera mengambil langkah-langkah antisipasi untuk mencegah terjadinya kebakaran yang lebih luas. Penggunaan fire alarm system full addressable sangat cocok digunakan pada gedung-gedung yang lebih besar terutama pada gedung bertingkat banyak seperti hotel, apartemen, gedung perkantoran, mall, pusat perbelanjaan, dan bangunan lain yang memiliki layout ruangan yang lebih komplek, karena dengan menggunakan fire alarm system full addressable tersebut akan sangat memudahkan pencarian titik kebakaran atau sumber api dan memudahkan pengelola gedung dalam pemeliharaan atau perbaikan jika terjadi gangguan pada rangkaian fire alarm system.

Cara Kerja Fire Alarm System Full Addressable

Cara kerja fire alarm system full addressable adalah ketika terjadi kebakaran atau ada kelalaian manusia yang menyebabkan munculnya asap, api atau menimbulkan panas sehingga suhu ruangan bergerak naik secara signifikan maka sensor pendeteksi asap (smoke detectors), sensor pendeteksi panas (heat detectors), sensor pendeteksi api (flame detectors) atau sensor pendeteksi gas (gas detectors) yang dipasang, akan mengirimkan sinyal kepada panel kontrol fire alarm (MCFA) sekaligus mengirimkan data identitas unik atau alamat sensor yang mendeteksi kejadian tersebut sebagai titik lokasi sumber kebakaran atau api. Panel master control fire alarm (MCFA) tersebut kemudian akan mengirimkan sinyal output kepada alarm bell, lampu indikator (indicator lamp), rotary lamp, horn strobe dll sebagai alarm peringatan dini kepada penghuni gedung sehingga bisa diambil langkah-langkah pencegahan untuk menghindari terjadinya kejadian bahaya kebakaran yang lebih luas.

Control Panel Fire Alarm (MCFA) akan menampilkan alamat detector mana saja yang mendeteksi adanya kebakaran atau api sesuai dengan lokasi penempatannya sehingga disebut addressable system. Pada sistem fire alarm full addressable, bahkan kita bisa mengatur alarm bell, lampu indikator atau peralatan output mana saja yang akan bekerja ketika detector tertentu mendeteksi adanya api atau bahaya kebakaran. Kelebihan lain dari Fire alarm system full addressable juga bisa diintegrasikan dengan sub system lain seperti Building Automation System (BAS), SCADA System melalui protokol komunikasi yang umum digunakan seperti Modbus, sambungan ethernet, TCP/IP, RS-485 bahkan melalui sambungan fiber optik.

Cara Pemasangan Fire Alarm System Full Addressable

Langkah-langkah dan cara pemasangan fire alarm system full addressable pada dasarnya hampir sama dengan cara pemasangan fire alarm system konvensional, mulai dari tahap perencanaan untuk menentukan titik atau lokasi penempatan detector dan peralatan lainnya, menentukan jenis sensor yang sesuai untuk masing-masing ruangan yang akan dipasang fire alarm system, menentukan lokasi penempatan kontrol panel fire alarm atau master control fire alarm (MCFA), menentukan lokasi penempatan peralatan lain seperti alarm bell, manual call point atau break glass, lampu indicator, strobe horn, rotary lamp dll sampai dengan dibuatkannya gambar rencana dan gambar kerja untuk pemasangan fire alarm system full addressable.

Perbedaan yang signifikan yang perlu diperhatikan secara detail pada saat pemasangan fire alarm system full addressable jika dibandingkan dengan fire alarm system konvensional, kita harus menentukan alamat dari masing-masing alat pendeteksi (detector) yang akan kita pasang sesuai dengan lokasi penempatan detektor tersebut misalnya: "Smoke Detector 2 Lt. 1", "Smoke Detector 1 Lt. 3", dst. Karena alamat tersebut yang menjadi identitas setiap detector yang akan tampil di panel kontrol MCFA jika detector tersebut mendeteksi adanya api atau kebakaran nantinya sehingga memudahkan pencarian titik kejadian bahaya kebakaran. Hal lain yang menjadi perbedaan pada pemasangan fire alarm system full addressable jika dibandingkan dengan fire alarm system konvensional, pada fire alarm system full addressable menggunakan rangkaian kabel data berupa kabel AWG 16 atau kabel AWG 18 yang dipasang membentuk close loop system dimana ujung kabel AWG tersebut akan kembali lagi ke kontrol panel full addressable.

Mengenal Fire Alarm System Semi Addressable

Setelah mengenal fire alarm system konvensional dan fire alarm full addressable di atas, kita akan lebih mudah mengenal dan memahami system fire alarm selanjutnya yaitu fire alarm system semi addressable. Fire Alarm System Semi Addressable adalah gabungan antara fire alarm system konvensional dan fire alarm system full addressable dimana perbedaan utamanya adalah pada pemilihan jenis peralatan fire alarm yang akan digunakan. Pada Fire Alarm System Semi Addressable menggunakan panel kontrol fire alarm (MCFA) jenis addressable namun peralatan pendeteksi seperti smoke detector maupun heat detector nya menggunakan jenis detector konvensional termasuk peralatan output seperti alarm bell dan lampu indikator juga menggunakan jenis peralatan yang konvensional. Nah, untuk menghubungkan antara peralatan fire alarm addressable dan peralatan fire alarm konvensional tersebut maka ditambahkan fire alarm modul berupa input module maupun output module sehingga kedua jenis peralatan fire alarm tersebut bisa saling berkomunikasi dan bekerja sesuai dengan fungsinya. Module lain yang biasanya ditambahkan pada fire alarm system semi addressable adalah berupa relay module untuk mengintegrasikan dengan sub system lain seperti building automation system (BAS), SCADA System, dll.

Pemasangan Fire Alarm System Semi Addressable

Pemasangan fire alarm system semi addressable banyak digunakan pada bangunan berskala besar yang relatif lebih lama dan sudah terpasang fire alarm system konvensional namun ingin diupgrade atau diperbaharui ke fire alarm system yang lebih baru namun tetap mempertahankan instalasi fire alarm existing tersebut sehingga besaran investasi dan anggaran yang dikeluarkan tidak terlalu besar dan bisa diperbaharui secara bertahap.

Cara Kerja Fire Alarm System Semi Addressable

Cara kerja fire alarm system semi addressable pada dasarnya hampir sama dengan cara kerja fire alarm system konvensional, namun mengingat panel kontrol MCFA nya menggunakan jenis master control fire alarm (MCFA) jenis addressable maka semua sinyal yang dikirimkan oleh peralatan pendeteksi (detector) maupun sinyal output yang akan dikirimkan ke peralatan output seperti alarm bell dan lampu indikator akan diterjemahkan oleh suatu module input dan module output (I/O module) sehingga keduanya bisa saling berkomunikasi. Keuntungan menggunakan fire alarm system semi addressable adalah dapat memperbaharui sistem fire alarm pada suatu gedung secara bertahap dengan tetap menggunakan beberapa peralatan yang lama dan dapat menggunakan instalasi jalur kabel yang sebelumnya.

Label: , , , , , ,

Kamis, 13 Februari 2020

Boiler Crews Dihadang Badai Saat Mendaki Gunung Bromo

Momen Kebersamaan Boiler Crews Di Malang Jawa Timur.

Boiler Crews kembali ke malang jawa timur, sesi kali ini mendapat suguhan manis untuk menelusuri keindahan wisata Gunung Bromo yang sepenuhnya di dukung oleh rekan baru kita "Jamur Kontruksi" malang.
Pendakian di mulai pukul 01.00 dengan menggunakan Jeep dengan tujuan bisa menyaksikan matahari terbit di atas puncak gunung di pagi hari.
Sayangnya cuaca di sana kurang bersahabat, udara yang dingin, angin kencang, kabut sampai badai pasir jadi sambutan kita di bromo. Tapi itu tidak menyurutkan tekad kami untuk menikmati keindahan panorama bromo yang alami.

Inilah sedikit dokumentasi Boiler Crews di Bromo Jawa Timur.












Terima kasih untuk saudaraku "JAMUR KONTRUKSI"(Malang, Jawa Timur), yg telah mendukung sepenuhnya perjalanan ke Bromo.


















Sabtu, 28 Desember 2019

Pemindahan Boiler Young Jin Bersama Anom Jaya

Proses Pemindahan Boiler Young Jin Terhambat Hujan Lebat. Pemindahan Boiler Dari Kerawang ke Sukabumi milik sebuah perusahaan garmen di sana.
Inilah dokumentasi pemindahan dan Pemasangan Boiler Young Jin 1000 dari awal sampai akhir.

Rabu, 06 November 2019

Beberapa cara teknik tekuk plat, pipa dan besi behel

Cara teknik tekuk plat, pipa dan besi behel

Pembengkokan/tekuk (logam) atau bending adalah proses pembentukan atau deformasi secara plastik dari logam terhadap sumbu linier dengan sedikit atau hampir tidak mengalami perubahan luas permukaan dengan bantuan tekanan (piston pembentuk dan cetakan).

Sepotong besi dapat menjadi bengkok akibat tekanan mesin sederhana dengan menggunakan alat mekanik (bending).Pekerjaan bending umumnya menggunakan sepotong besi, lembaran logam atau pun piring. Dengan memakai die berbentuk O,V,U,W atau yang lainnya. Pada prosesnya Bending menyebabkan logam pada sisi luar sumbu netral mengalami tarikan, sedangkan pada sisi lainnya mengalami tekanan.

Saat ini kita tidak perlu repot untuk memperoleh alat alat atau mesin seperti ini, kita bisa memperoleh di toko toko teknik terdekat dengan harga relatif terjangkau, sesuai dengan kebutuhan.

Dibawah ini akan mencoba memberikan sedikit informasi dan wawasan dalam mengenal alat alat sederhana yang dapat dipergunakan untuk proses pembengkokan / tekuk ( bending ) dengan konstruksi sederhana bagian bagian dan cara kerja dengan tampilan animasi akan lebih mempermudah untuk membayangkan kebutuhan yang tepat.

Macam-macam teknik dan proses bending , pembengkokan/tekuk untuk plat, behel dan pipa yang sederhana

A. Mesin tekuk plat manual
1. Pembengkokan / tekuk sudut (Angel bending)
 cara teknik tekuk plat, pipa dan besi behel

gambar 1. proses tekuk  plat

Angel bending merupakan pembentukan plat atau besi dengan menekuk bagian tertentu plat untuk mendapatkan hasil tekukan yang diinginkan. Selain menekuk,dengan pengerjaan ini juga dapat memotong plat yang disisipkan dan juga dapat membuat lengkungan dengan sudut sampai kurang lebih  pada lembaran logam. Contoh hasil pengerjaan seperti potongan plat, plat bentuk L,V dan U.

2. Tekuk pipa ( Bending/rol )
Digunakan ketika diperlukan lengkungan yang besar untuk pipa atau tabung. Banyak digunakan untuk pekerjaan konstruksi. Bending rol menggunakan 3 roller yang disusun membentuk segi tiga pada satu poros untuk mendorong dan membengkokan pipa.
gambar 2. rol pipa

Rol bending biasanya digunakan untuk membentuk silinder, atau bentuk-bentuk lengkung lingkaran dari plat logam yang disisipkan pada suatu rol yang berputar rol tersebut mendorong dan membentuk plat yang berputar secara terus menerus hingga membentuk lingkaran.

Mesin ini menggunakan tenaga manusia,dan  tidak menggunakan daya listrik , Kelebihan mesin ini adalah murah dan hemat biaya opersionalnya, sedangkan kelemahannya hanya cocok untuk plat berbahan dasar mild steel tipis atau alumunium.

Teknik dan cara lainnya:

 cara teknik tekuk plat, pipa dan besi behel

gambar 3. proses kerja rol pipa stainless steel

Beberapa cara teknik tekuk plat, pipa dan besi behel
gambar 4. proses kerja rol pipa dan behel

3. Mesin bending hidrolik sederhana
Mesin ini menggunakan sistem hidrolik sebagai sumber tenaga penekuknya. Mesin ini membutuhkan tenaga listrik yang lebih efisien untuk menggerakan pompa hidroliknya,mesin ini menggunakan fluida dalam sistim hidrolikya berupa oli hidrolik yang secara berkala harus diganti.

beberapa diantara teknik dan cara yang dapat digunakan untuk pembengkokan antara lain :
 cara teknik tekuk plat, pipa dan besi behel

gambar 5. rol pipa, behel, dll

Kelebihan mesin ini adalah mampu menekuk plat yang tebal seperti mild steel, stainless steel dan alumunium, akurasinya terkontrol. Sedangkan kekurangannya adalah kerjanya relatif lamban walaupun konsumsi listrik lebih efisien dibandingkan tipe mekanikal.


gambar 10. rol plat strip, behel, dll


gambar 11. rol plat strip, behel, dll

Hal umum yang harus diperhatikan dalam pekerjaan bending
1.      Periksalah dies atau rol pembentuk,sudut pembengkokan yang diinginkan.
2.      Tandai ukuran bagian  yang akan dibengkokan.
3.      Penjepit harus kuat
4.      Atur sudut pembengkokan sesuai dengan sudut pembengkokan yang dikehendaki.
5.      Sesuaikan dies landasan dengan pembengkok yang diinginkan.
6.      Mulailah proses pembengkokan dengan  mengerjakan  yang mudah.

Masalah umum :

Masalah yang umum dan sering terjadi biasanya pada awal proses pengerjaan untuk mencari dan menentukan ukuran presisi yang diinginkan diantaranya: Ketebalan bahan dari, plat atau pipa, dan diameter dari besi. Karena dalam suatu Proses pengerjaan bending akan mengakibatkan penarikan pada sisi luar dan pengkerutan pada sisi dalam diameter kelengkungan. Ketebalan plat akan berpengaruh pada radius bending dapat dibentuk dan kemampuan material untuk dapat mengalami peregangan tanpa terjadi distorsi. 

Kemungkinan lain adalah Metode dan proses serta alat yang digunakan
Prosedur atau metode yang tepat proses bending yang dilakukan sangat berpengaruh pada kualitas produk yang dihasilkan.


Demikian sedikit ilmu dan referensi yang mudah mudahan bermanfaat.

Download PDF:  Beberapa cara teknik tekuk plat, pipa dan besi behel

Label: , , , ,

Cara Menghitung corong cone/kones/ kerucut terpotong dalam fabrikasi


Corong cone/kones/ kerucut terpotong

Membuat corong berbentuk kerucut yang terpotong simetris, dengan bidang yang tegak lurus dengan tinggi kerucut dan tentunya bagi yang baru untuk pekerjaan sambungan membuat saluran corong kerucut ini dan berbeda ukuran antara diameter yang satu dengan diameter yang lainnya, tentunya kita akan mengalami kesulitan, karena harus sesuai dengan pesanan. Ditambah pula kesulitan nya ketika akan melakukan penggambaran pada bahan plat untuk bentangannya.

Dengan demikian kita perlu mengetahui bagaimana cara menghitung ukuran corong cone/kones/ kerucut terpotong yang diperlukan sampai kita dapat untuk menggambar bentangannya, ini memungkinkan kita untuk mengurangi kesalahan pemotongan bahan yang akan di bentuk.
untuk kones dengan ketebalan tertentu jika untuk di las, maka ukuran yang telah di pas kan, jika untuk ketebalan yang tipis dan untuk sambungan lipat, maka ukuran ditambahkan untuk pelipatan/

Dibawah ini kita akan mencoba mencari ukuran ukuran yang diperlukan dalam membuat kones, Contoh pada gambar di bawah: bagian atas kerucut yang terpotong/frustum

Diameter atas (d)
Diameter besar  (D)
Tinggi (H).

kones+1.png (200×200)

contoh perhitungan Membuat cones kerucut terpancung
Contoh 1:
Diameter kecil  (d)   = 30 cm
Diameter besar (D)  = 60 cm
Tinggi                       = 50 cm

Untuk mencari bentangan pada lembaran plat yang harus dipotong, berikut langkah - langkahnya :
Mencari panjang (b) dan (h)
kones+gif+2.gif (260×260)

b = ( D – d ) / 2
   = ( 60 - 30 ) / 2
   = 15 cm

h = Ѵ b2 + H2
   = Ѵ 152 + 502
   = 52,2 cm

Mencari titik pusat kerucut  tegak lurus (x)

kones+gif+3.gif (260×260)

Mencari titik pusat kerucut  tegak lurus (x)
x = H . D / (D - d)
   = 50 . 60 / (60 – 30)
   = 3000 / 30
   = 100 cm

Mencari panjang R yang merupakan jari jari ukuran lingkaran bagian luar,
R = Ѵ x2 + (1/2.D)2
    = Ѵ 1002 + 302
    = 104,4 cm

Jari jari untuk lingkaran kecil kita dapat mengurangkan hasil jari jari lingkaran besar dengan panjang
r = R – h
  = 104,4 – 52,2
  = 52,2 cm

Mencari sudut untuk bentangan kones
KD = π . D
      = 3,14 . 60
      =188,4 cm

Kr = π . 2 . R
     = 3,14 . 2 . 104,4
     = 655,6 cm

Sudut kerucut
Θ = 360 . 188,4 / 655,6
    =103,30

Setelah mendapatkan data dari  hasil perhitungan diatas kita kumpulkan ukuranukuran yang dibutuhkan untuk diterapkan dalam gambar bentangan kones.

R  = 104,4 cm
r   = 52,2 cm
h  = 52,2 cm
Θ = 103,30

Sekarang kita sudah dapat membuat gambar bentangan kones dan menerapkan ukurannya  pada lembaran plat, dengan hasil gambar seperti dibawah ini

kones+4.png (260×260)

Cara ke 2 membuat  corong /kones kerucut terpotong.
kones+5.png (260×260)
d1 = 30 cm, Keliling  Lingkar  π.d1 =  94,2 cm, d2 = 50 cm, Keliling  Lingkar π.d2 =  157 cm.
Tinggi (H) =  40 cm,

Pola ditampilkan seperti dibawah ini.
kones+6.png (200×200) 
Kita perlu menemukan ukuran radius luar dengan menggambar langung pada kertas dengan memakai skala seperti ini
1. menarik garis miring untuk mendapatkan titik pusat / center

konrs+gif+7.gif (260×260)

2. membuat lingkaran top radius pada titik r dari penampang, pada tahap ini ukuran r sudah didapat kan.jika gambar dengan skala kalikan hasil ukur gambar dengan skala.

kones+gif+8.gif (260×260)

3.membuat lingkaran bawah atau bottom radius pada titik R dari penampang, pada tahap ini ukuran R  sudah didapat kan.jika gambar dengan skala kalikan hasil ukur gambar dengan skala.

kones+gif+9.gif (260×260)

4. terakhir membuat penampang kones sesuai dengan jumlah sisi yang akan di buat untuk misal kones bentuk persegi jumlahnya 4 kali dari gambar penampang diatas, dan selesai.

kones+10.png (260×260)

tetapi untuk kones bulat, pada tahap 4 masih harus dihitung lanjutan untuk mencari sudut tengahnya yang akan diterapkan pada pekerjaan plat untuk pemotongan

Mencari R, r , dan ukuran sudut tengah θ .
Yang kita tahu adalah bahwa panjang Keliling  Lingkar atas  94,2 cm, panjang Keliling
Lingkar bawah  157 cm, dan jarak tinggi (H) = 40 cm,
jari-jari r1 = 15 cm dan  r2 = 25 cm.

kones+11.png (260×260)

menemukan nilai x:
x / 15 = ( 40 + x ) / 25
25 x = 600  + 15 x
X = 600 / 25 – 10
X = 60 cm

Menghitung nilai jari - jari r untuk bentangan bagian dalam atau terkecil dengan
menggunakan Teorema Pythagoras:
X2 + r12 = r2
602 + 152 = r2
r = 61,8 cm

kones+12.png (260×260)

Menghitung nilai jari - jari R untuk bentangan bagian luar atau terbesar :
R / r = 25 / 15
R = ( 61,8 . 25 ) / 15
R = 103 cm
kones.png (200×200)

Jadi sekarang yang perlu kita ketahui adalah central angle θ .
Karena kita tahu diameter dari d2 = 50 cm dan radiusnya adalah 25 cm, ukuran lingkar
lingkaran luar akan sebesar 2 π kali ini. Tapi kita hanya menginginkan sebagian lingkar
penuh: bagian yang panjangnya π . d2. Jadi sudut tengahnya adalah:
Θ = π . d2 . 360  / R .( 2 . π )
= 3,14 . 50 . 360 / 103 . ( 2 . 3,14 )
= 56520 /  646,8
= 87,4 0

Jadi untuk membuat polanya, buat
jari-jari dalam = 61,8 cm
jari-jari luar = 103 cm
sudut tengahnya 87,4 derajat.
kones+14.png (260×260)

Sekarang kita sudah dapat membuat gambar bentangan kones pada lembaran plat,
dengan hasil gambar seperti diatas.
kones+15.png (200×200)

jika merasa kesulitan dalam menghitung cara di atas, dapat dicoba untuk menggunakan kalkulator kones yang bisa anda download lewat link di bawah ini

kones+16.png (260×260)


Label: , , ,

Tampang Boleh Sangar Tapi Jiwa Rendah Hati

Dalam hidup tidak setiap yang direncanakan sesuai dengan keinginan, tapi keinginan akan selalu ada selama kita hidup. Keinginanpun jadi salah sumber penderitaan yg utama dalam hidup, semakin sedikit keinginan semakin kecil beban hidup kita. Tapi keinginan juga jadi pelopor orang menjadi sukses maka pilihan anda yang sepenuhnya menentukan.
Masih di kota Malang Jawa Timur boiler crews berjumpa dengan banyak rekan baru dari berbagai latar belakang yg berbeda, salah satunya mbah Godeg. Mbah Godeg ini bagi yang baru mengenalkan mungkin akan berpikir bahwa mbah Godeg ini sangar dan buat nyali anda ciut padahal setelah mengenalnya anda akan tau ternyata tampang sangar belum tentu hatinya sangar juga.
Mbah Godeg selain memiliki kepribadian yang baik dia juga cerdas dan bertanggung jawab dalam pekerjaannya sehingga tak salah kalau Anom Jaya mempercayakan Mbah Godeg sebagai komandan Konstruksi di Proyek Malang.
Banyak ilmu yang dapat dipelajari dari pengalaman baru bersama rekan baru dan jangan lupa akan pepatah "Dimana bumi di pijak, disitu langit di junjung", biar dimana pun kita berada akan terasa menyenangkan.
Inilah Dokumentasi kebersamaan Boiler Crews di Malang.












Terima kasih buat rekan yang sudah menyempatkan untuk mampir, salam hormat dari Boiler Crews. Sampai jumpa di perjalanan berikutnya.












Label: , , , , ,